Rabu, 07 November 2018

REVIEW JURNAL

JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

PEMANFAATAN KITOSAN DALAM DAUR ULANG AIR SEBAGAI APLIKASI TEKNIK PRODUKSI BERSIH
Anggun Ratnawulan, Erliza Noor, Pipih Suptijah

Industri merupakan salah satu pengguna air terbesar di hampir seluruh wilayah. Industri pengolahan hasil perikanan juga menggunakan air bersih dalam jumlah banyak sebagai input utama dalam proses produksinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daur ulang air pada industri pengolahan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan dan cara, diantaranya daur ulang air limbah peeling (pengelupasan kulit udang) dengan menggunakan sistem reverse osmosis (RO) dan daur ulang air limbah thawing dengan menggunakan sirkulasi air dengan sistem tertutup melalui proses skrining, sedimentasi/flotasi, serta ozonisasi.
Kitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C6H11NO4) yang diperoleh dari deasetilasi kitin, yang berasal dari limbah udang berupa kulit, kepala, dan ekor yang mengandung senyawa kimia kitin. Kitosan memiliki peranan yang baik dalam mengurangi pencemaran lingkungan, yaitu cukup efektif dalam proses penjernihan air dan air limbah, salah satunya pemurnian air sumur dengan kitosan melaui tahapan koagulasi dan filtrasi, penjernih air dan menurunkan tingkat warna, pH, BOD, dan COD, menyerap logam berat maupun zat warna, serta efektif dalam mereduksi TSS dan COD dalam air limbah pengolahan ikan. Kitosan dikenal sebagai biokoagulan alami, ramah lingkungan, terbarukan, tidak beracun, biokompatibel dan mudah mengalami biodegradasi.
Metode penelitian yang dilakukan berupa beberapa tahap, 1. Pemilihan sampel : Pemilihan sampel pada penelitian ini juga berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu unit pengolahan udang yang berlokasi di Pati Jawa Tengah. Air limbah pencucian bahan baku mempunyai karakteristik berupa kandungan bahan organik terlarut, padatan tersuspensi, serta bahan anorganik. Air limbah dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang atau recycle (Suprihatin dan Romli 2009). 2. Pembuatan larutan kitosan : pembuatan larutan kitosan dimulai dengan cara mencampurkan kadar 1% dalam asetat (CH3COOH) 2%. 1 gram kitosan dalam 20 mL asam asetat 2% ditambahkan air suling atau akuades hingga 100 mL serta dilakukan pengadukan. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan magnetic stirer untuk memastikan kitosan terlarut dengan baik dan sempurna. 3. Koagulasi flokulasi dengan metode jar test : Diawali dengan proses koagulasi flokulasi, yaitu dengan melakukan optimasi konsentrasi larutan kitosan pada sampel air limbah. Proses koagulasi – flokulasi dilakukan dengan metode jar test menggunakan alat flokulator atau pengaduk. Pengadukan cepat (rapid mixing) dilakukan pada kecepatan 200 rpm selama 1 menit, dilanjutkan dengan pengadukan lambat (slow mixing) pada kecepatan 50 rpm selama 30 menit, setelah proses pengadukan selesai, dilakukan agitasi atau pengendapan selama 30 menit lalu disaring. Air limbah pencucian bahan baku ditambahkan larutan kitosan pada rentang konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, serta kontrol tanpa larutan kitosan pada 500 mL sampel air limbah. Hasil dari koagulasi terbaik diproses kembali dengan menambahkan larutan kitosan dengan rentang konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm. 4. Absorbsi limbah dengan kolom kitosan : Hasil penyaringan yang diperoleh dari proses koagulasi–flokulasi kemudian dilakukan proses absorbsi dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih optimal. Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan air hasil penyaringan ke dalam kolom yang terbuat dari pipa plastik transparan berisi kitosan serpihan dengan bobot 15 gram. 5. Analisis teknik, ekonomi, dan lingkungan.

Hasil dari penelitian mengatakan bahwa Proses daur ulang dengan teknik biokoagulan kitosan efektif mengubah air limbah pencucian udang menjadi air bersih. Konsentrasi optimum larutan kitosan yang diperoleh adalah 15 ppm dengan dua kali proses, yang dilanjutkan dengan proses absorbsi dengan kitosan serpihan seberat 15 gram. Tingkat efektifitas dapat dilihat dari adanya penurunan BOD 73%, COD 86%, TSS 61%, kekeruhan 89%, warna 85%, TDS 10%, dan menurunkan total bakteri coliform yang semula TBUD (melebihi batas persyaratan) menjadi 0. Penggunaan biokoagulan kitosan juga layak diterapkan secara ekonomi dimana nilai B/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,86 atau lebih besar dari 1, dan memiliki nilai jangka waktu pengembalian investasi (Payback Periode) selama 4 bulan.